Rangkuman: Kesadaran Berbahasa
KESADARAN BERBAHASA
Menurut hemat penulis, kesadaran berbahasa adalah
sikap seseorang baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
bertanggung jawab sehingga menimbulkan rasa memiliki suatu bahasa dan dengan
demikian ia berkemauan untuk ikut membina dan mengembangkan bahasa itu.
Kesadaran berbahasa menimbulkan sikap, bagaimana seseorang bertingkah laku
dalam menggunakan bahasanya. Sikap itu diikuti pula oleh sikap menghormati,
bertanggung jawab, dan ikut memiliki bahasa itu. Namun, tidak setiap orang
menginsafi tanggung jawab berbahasa. Jika kita ingin memajukan bahasa maka setiap
orang harus diinsafkan agar mempunyai kesadaran berbahasa.
Ciri orang yang bertanggung jawab
terhadap suatu bahasa dan pemakaian bahasa adalah:
a. Selalu berhati-hati menggunakan bahasa
b. Tidak merasa senang melihat orang yang mempergunakan
bahasa secara serampangan
c. Memperingatkan pemakai bahasa kalau ternyata ia
membuat kekeliruan
d. Tertarik perhatiannya kalau orang menjelaskan hal
yang berhubungan dengan bahasa
e. Dapat mengoreksi pemakaian bahasa orang lain
f. Berusaha menambah pengetahuan tentang bahasa
tersebut
g. Bertanya kepada ahlinya kalau menghadapi persoalan
bahasa
Tanggung jawab berbahasa sangat diperlukan untuk
menghindari salah pengertian. Tanggung jawab pemakai bahasa tidak hanya
terbatas pada pemilihan kata dan kalimat yang baik, tapi juga mengenai cara
pengucapan kata dan kalimat.
Sikap terhadap bahasa dan berbahasa dapat dilihat
dari dua segi yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif terhadap
bahasa terlihat pada penampilan seseorang ketika menggunakan bahasa. Sikap
positif terhadap bahasa dan berbahasa menghasilkan perasaan memiliki bahasa,
namun perasaan memiliki ini tidak muncul karena pemberian. Rasa memiliki bahasa
bisa muncul karena kesadaran berbahasa. Untuk menanamkan rasa memiliki bahasa,
orang tidak boleh menganggap bahwa bahasa adalah miliknya pribadi.
Bukti keikutsertaan terlihat dari pemakaian bahasa
yang tertib. Bukti keikutsertaan dalam pembinaan bahasa adalah dengan
partisipasi informal dan partisipasi formal. Partisipasi informal dapat dilihat
dari rasa hati-hati seseorang dalam berbicara atau menulis sehingga bahasanya
terpelihara, tidak ada kesalahan jika dilihat segi kaidah bahasa. Partisipasi
formal terlihat melalui kegiatan pembinaan melalui pertemuan formal seperti
forum diskusi, lokakarya, seminar, musyawarah, kongres, musyawarah, kongres,
konferensi baik pada tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional
yang khusus membahas persoalan kebahasaan.
Pemakai bahasa tidak semua diharapkan berpartisipasi
secara formal, tapi minimalnya dapat berpartisipasi secara informal dengan
penuh kesadaran.








0 komentar:
Posting Komentar